Resensi Novel : 'Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah' by Tere Liye

Sebuah novel karangan Tere Liye,

Baru kali pertama menulis resensi buku, lama tak menulis, tangan rasanya geli. walaupun hanya resensi sederhana menurut pandangan saya sebagai pembaca, tidak ada salahnya jika dibagi untuk kalian-kalian semua yang memiliki hoby yang sama 😀.


Judul : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 507 Halaman

Kepengarangan :
Buku ditulis oleh salah seorang penulis kenamaan Indonesia, Darwis dengan nama pena Tere Liye, dari beberapa novel beliau yang pernah saya baca, penulis yang satu ini selalu menyematkan pesan-pesan moral di dalam novel tulisannya. Penulis yang jarang ter-publish kehidupan pribadi dan lebih memilih terkenal melalui karyanya.

Sinopsis :
Novel "Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah" adalah novel yang menceritakan tentang kehidupan seorang pemuda yang berasal dari tepian sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat bernama Borno yang jatuh hati pada seorang gadis Indo China, Mei.

Kisahnya berawal ketika Dia berumur 12 tahun, Di lorong sebuah rumah sakit, Borno kecil harus menghadapi kenyataan bahwa Ayah yang amat sangat disayanginya harus berpulang ke pangkuan Sang pencipta, sesaat sebelum meninggal sang Ayah telah menyetujui untuk mendonorkan jantungnya kepada pasien lain. Kepedihan Borno bukan semata-mata karena meninggalnya sang Ayah, melainkan pertanyaan bahwa sang ayah meninggal karena kecelakaan ataukah pisau bedah dalam ruang operasi?

Hari, minggu, bulan, dan tahun silih berganti, Borno kecil telah tumbuh dewasa dan memiliki hati yang lurus seperti almarhum Ayahnya, Setelah lulus SMA Borno berusaha mencari pekerjaan, melamar kerja sana sini, saking seringnya gonta ganti pekerjaan, Borno sering diejeki oleh tetangga dan warga yang tinggal ditepian sungai Kapuas, tempat lahirnya. Sampai suatu hari dimana Borno memutuskan untuk bekerja di dermaga feri. Bekerjanya Borno disana menyebabkan kemarahan kerabat jauhnya Bang Togar yang sekaligus ketua paguyuban sepit (Just Info, sepit merupakan panggilan untuk kapal Speed Boat 😁😂, ada-ada saja bukan). dan akibatnya Borno dilarang untuk menyeberang sungai Kapuas dengan Sepit.

Dari pada dimusuhi oleh kerabat dan semua pengemudi sepit, akhirnya Borno memutuskan untuk berhenti bekerja di pelabuhan feri (selain itu, ada juga masalah lain yang berkaitan dengan prinsip hidup, kalau mau tau baca novelnya 😃😂 ) dan belajar mengemudikan Sepit, walaupun berat namun karena masukan sang Ibu dan Pak Tua, tokoh masyarakat yang sudah dianggap sebagai orang tua bagi Borno. 

Kisah cinta-pun berawal dari Sepit, Mei yang kala itu sedang melakukan praktek lapang di Pontianak menyeberangi sungai Kapuas dengan sepit, Borno yang melihatnya pertama kali kemudian jatuh hati pada gadis berketurunan china tersebut. Sepucuk surat merah yang tertinggal di atas sepit membuat Borno sangat bersemangat untuk mengembalikannya, walaupun pada akhirnya Dia kecewa karena surat merah tersebut hanyalah salah satu dari puluhan angpau yang akan dibagikan untuk merayakan hari raya Imlek. Kekecewaan Borno hanya sementara karena Mei menyebut nama Borno setelah membagikan angpau, dan mulai hari itu Borno selalu memperhatikan Mei, bahkan hapal jam berapa Mei berangkat untuk mengajar dan selalu berusaha agar sepitnya mendapat antrian menyeberang disaat yang sama, sampailah akhirnya antrian 13 menjadi antrian yang pas agar Mei dapat menumpangi sepitnya setiap pagi.

Sampai disini saya ingin mempersingkat cerita, intinya:

Di novel ini, diceritakan bagaimana perjuangan Borno sampai akhirnya mengetahui nama Mei, bagaimana perjuangan Borno ketika pertemuan pertama mereka gagal dan Mei tiba-tiba kembali ke Surabaya untuk menyelesaikan studinya. Di novel ini juga diceritakan bagaimana kesabaran Borno yang masih setia selama beberapa bulan dan akhirnya memiliki kesempatan untuk menyambangi kota Surabaya, walaupun sesampai di Surabaya harapannya yang setinggi langit tiba-tiba menciut melihat kota Surabaya bukan kota kecil dan lagi Dia tidak memiliki alamat ataupun sedikit petunjuk tentang keberadaan Mei di kota tersebut. Di novel ini, diceritakan tentang kegilaan Borno yang menghubungi satu persatu kontak dengan nama Ayah Mei dengan harapan nomor yang dituju adalah kontak rumah Mei. 

Bukan sampai disitu, perjuangan Borno juga harus diuji oleh kehadiran wanita lain berketurunan China yang tidak kalah cantiknya dengan Mei, seorang dokter bernama Sarah, putri seorang lelaki yang telah menerima donor ginjal dari almarhum ayah Borno beberapa tahun silam. Wanita yang ternyata sahabat kecil dari Mei. Kesetian seorang lelaki dapat dilihat melalui sosok Borno, lelaki yang tetap memilih untuk setia pada Mei walaupun beberapa kali Mei meninggalkannya tanpa penjelasan yang jelas, tapi Borno percaya satu bahwa jodoh akan bertemu bagaimanapun caranya.

Dan pada akhirnya rahasiapun terkuak, Ibu Mei adalah seorang dokter yang bertanggung jawab atas meninggalnya Ayah Borno, Beliau dokter yang memilih untuk mengoperasi dan memindahkan jantung ayah Borno disaat dia tau bahwa masih ada peluang hidup bagi Ayah, namun karena dibutakan oleh karier dan jabatan yang dimasa itu masih jarang operasi transpalasi jantung, maka dia nekad melakukannya. Ibu Mei baru sadar setelah selesai operasi melihat seorang anak dan ibu berpelukan menangis karena kehilangan imam dalam keluarganya.

Itulah penyebab Mei selama ini tiba-tiba pergi tanpa alasan yang jelas. itulah sebabnya mengapa Mei lebih dahulu mengetahui nama Borno ketimbang Borno mengetahui nama Mei, dan itulah mengapa Mei yang walaupun mencintai Borno memilih untuk mundur karena mengetahui akan ada luka dalam hubungan mereka.



Kelebihan :
Novel ini ditulis dengan bahasa yang ringan sehingga mudah dipahami pembaca. Penulis mampu membawa pembaca merasakan apa yang dirasakan tokoh 'Aku' .

Cerita yang sederhana, menggambarkan kehidupan masyarakan secara nyata mengantarkan pembaca pada pengetahuan lain tentang sebuah kota di dataran kalimantan, khususnya pontianak.

Misteri dan alur cerita yang tidak mudah ditebak membuat pembaca penasaran akan kelanjutan cerita dan bagaimana ending dari cerita tersebut.

Kutipan-kutipan cerita seperti "Bagaikan sungai Kapuas, cinta sejati adalah perjalanan, tidak memiliki ujung, tujuan, apalagi muara. Ait laut akan menguap ke udara jatuh menjadi hujan digunung-gunung, membentuk anak-anak sungai, menjadi ribuan sungai perasaan, lantas menyatu disungai Kapuas, itulah siklus yang tidak akan pernah terhenti begitupun cinta"

"Cinta adalah perbuatan, Kau akan selalu bisa memberi tanpa sedikitpun rasa cinta namun Kau takkan mampu mencintai tanpa selalu memberi"

"Kau tau berapa jumlah orang dibuka bumi sekarang? 7 milyar Borno, bayangkan jika ada beberapa orang yang jatuh cinta dan patah hati dalam satu hari? Jatuh cinta dan patah hati bisa dirasakan berkali-kali, bukan macam hidup dan mati yang hanya bisa dirasakan satu kali"

  
Kekurangan :
Ending cerita tidak jelas. Diceritakan bahwa Papa Mei menolak hubungan antara Mei dan Borno, dan diakhir cerita tidak dijelaskan apakah Papa Mei merestui hubungan Mereka atau tidak.



Source pic :
https://cf.shopee.co.id/file/9bf073c36289c99d8634019fb63cc1db 

Share:

1 comments